Utang Waskita Capai Rp 103 T, Bisa Dibayar?


Jakarta - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) mencatatkan utang perusahaan per Juni 2019 mencapai Rp 103,719 triliun. Menurut Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan, dengan jumlah aset yang dimilikinya yakni Rp 132 triliun, maka perusahaannya tak ada kendala dalam melunasi utangnya.

"Current ratio aset kita Rp 132 triliun itu bisa mengcover seluruh utang kita yang Rp 103 triliun. Taruh saja fix asset kita dikurangi Rp 7 triliun, tinggal Rp 125 triliun, masih bisa mengcover Rp 103 triliun," kata Haris kepada detikcom di kantor pusat Waskita, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Selain mengukur aset Waskita, Haris juga membeberkan proyek-proyek yang sudah digarap dan akan cair pembayarannnya dalam waktu dekat. Adapun proyek yang akan cair pembayarannya hingga akhir tahun 2019 sebagai berikut:

1. Tol Trans Sumatera Rp 13 Triliun
2. Tol Japek Layang Rp 4,5 Triliun
3. Ruas Tol Cinere-Serpong Rp 2,7 triliun
4. Ruas Tol Kunciran-Parigi Rp 2 triliun
5. LRT Palembang Rp 600 miliar

Totalnya, Haris mengungkapkan, hingga akhir tahun 2019 Waskita akan memperoleh pendapatan sekitar Rp 22,8 triliun. Pendapatan tersebut, kata dia, baru diperoleh dari proyek-proyek besar atau turnkey (pembayaran proyek yang dilakukan saat proyek selesai dikerjakan), belum termasuk proyek kecil yang juga digarap Waskita.

"Ada yang lain belum kita hitung tapi kira-kira kita akan terima sekitar Rp 22,8 triliun lagi ini sampai Desember. Tapi kan ada proyek yang konvensional, dengan APBN dibayar rutin setiap bulan. Ini saya bicara turnkey saja," jelas Haris.

Haris menuturkan, pemasukan di atas termasuk dalam piutang perusahaan yang bisa dibayarkan untuk melunasi utang kepada sub kontraktor.

"Kalau kita bicara utang tadi kan masih akan muncul utang usaha dan sebagainya. Sebetulnya utang ini kan dulu timbul akibat dari piutang. Karena kita mengerjakan proyek dengan sub-kontraktor, kalau kita belum bayar kan menjadi utang, tapi sub-kontraktor ini yang kita kerjakan jadi progres owner. Itulah yang mau kita ambil uangnya untuk bayar sub-kontraktor. Dari piutang tadi, maka kita akan terima sekitar Rp 22,8 triliun di akhir tahun," imbuh dia.

Selain itu, kata Haris, pihaknya juga akan menerima dana talangan pembebasan tanah sebesar Rp 2 triliun. Sehingga, total pemasukan Waskita hingga akhir 2019 ditargetkan Rp 24,8 triliun.

"Itu belum termasuk nanti pengembalian dana talangan tanah. Kalau kita ekspektasi Rp 2 triliun saja, itu berarti kita masih terima Rp 24,8 triliun. Ini belum dari penjualan konsesi, saya belum bisa expose," papar dia.

Melihat posisi utang perusahaan, menurutnya masih dalam status aman. Pasalnya, debt equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas yang diukur dari utang berbunga Waskita yakni sebesar Rp 77,19 triliun hanya menghasilkan angka 2,68 kali.


"Jadi selama ini yang dilihat komparasinya selalu di bawah, total liabilities selalu dengan equity. Ini nggak apple to apple karena total liabilities ini sebetulnya masih ada uang yang mau kita terima. Ini saja 3 komponen. Jadi relatif aman, tak ada isu. Kalau pun itu jadi isu, aman, ini baru 3,59 kali, bank mensyaratkan itu 5 kali. Debt equity ratio IDB kita baru 2,68 kali. Persyaratannya itu 3,5 kali. Jadi masih sangat aman. Dan nggak perlu khawatir, kita punya aset besar kok jalan tol itu," ucap Haris.

Terakhir, ia menegaskan bahwa Waskita berada pada posisi 'mampu' untuk melunaskan utang-utangnya.

"Nggak usah takut terjadinya pembengkakan utang, nggak perlu. Yang penting ini bisa dicover dengan aset kita. Yang dalam bentuk piutang, cash, saya belum bicara aset yang lain. Masih ada aset tol kita yang belum dihitung," pungkas Haris.

Sumber:Detik.com
Share:

Recent Posts